Rabu, 01 Desember 2010

CITRAAN DALAM PUISI

CITRAAN DALAM PUISI
Citraan Adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsur citraan dapat membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh.
1.      Citraan Visual / penglihatan,
 yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihat (mata). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat.
misalnya:
     Sepasang mata biji saga
     Tajam tangannya lelancip gobang
     Jagat tersusun dari kata
     ruang kosong dan angin pagi
     aku terus menghindari surya karena membawa duka
     ku biarkan ombak sampaikan salamku padanya
     Hujan mengucuri badanku
     Gerimis khusuk bertasbih pada sunyi
     Embunpun menyambutku dengan senyuman
     Terimalah selembar tangis dari dasar  malam
     Aku tak tahan melihat surya
     meleleh air racun dosa
2.      Citraan Auditif / pendengaran,
yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut
misalnya:
     Bersuara tiap kau melangkah
     Mengerang tiap kau memandang
     Tampak pada srigala – srigala melulung
     Suara gendang bertasbih menyejukkan hatiku
     Butiran gerimis tergelantung di pucuk daun
     Ketika gunung berteriak memuntahkan api
     Kau tebarkan bersama kepingan logam
     Ketika detik - detik waktu berjalan
     Ketika sangkakala berkumandang menyeru ke segala penjuru
     Suara jangkrik mengusik di sudut desa
     hanya selagu sepanjang dendang
     Suaranya melengking lalu menghiba-hiba






3.      Citraan kinestik / gerak,
yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.
misalnya:
     Pohon-pohon cemara menyerbu kampung-kampung
     Bulan menceburkan dirinya ke kolam
     Pelurupun melesat menerjang lawan
     Mahkota yang indah menggelombang
     Hujan tumpah mengalir dalam gemuruh
     Daun yang bergoyang,saksi paling jujur
     Seperti iblis masuk dalam darahku
     Rumput menari dengan gemulai
     Bersujud seperti padi yang merunduk
     Burung gagak yang terbang mengintari bangkai
     Burung gagak yang mengakak dimalam hari
     Di luar angin berputar-putar







4.      Citraan terma / perabaan,
yaitu citraan yang melibatkan indera peraba (kulit), misalnya kasar, lembut, halus, basah, panas, dingin, dll
misalnya:
     Teraba nadiku makin bernafsu sangat cemas
Dan pelahan mengutus datang hari-hari mati
     Lunak dan halus bagaikan karet busa.
     Singsat dan licin bagaikan ikan salmon
     Hatiku melayang dalam ketidakpastian
     Kala dirimu tertusuk kelamnya malam
     Hembusan angin lirih menyapaku
     Suaramu yang lembut bagai sutra
     menggaruki rasa gatal di sukmanya
     Mimpi yang halus tak berbekas
     Lembutnya salju menyejukkan hatiku
     suram sebuah bukit terbentuk dari satu batu.
     Dinginnya air sungai





5.      Citraan penciuman
yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pencium (hidung). Kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dll.
misalnya:
     Bau tubuhnya murni
     Bagi bau rerumputan
     Sewangi parfum comberan
     Semerbak harum melati menebar wangi
     Bertabur wangi bunga kasturi
     Tubuhmu menguap bau tanah

6.      Citraan pencecapan
yaitu citraan yang melibatkan indera pencecap (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dll
misalnya:
     Lidahku telang mengecap
     Kesat selera mau
     Terlihat pada kesedihan yang paling tawar dan membosankan
     Yang ku cecap Cuma luka
     Kesedihan yang lahir dari kenyataan pahit
     Bibir mungil kao selipi selinting tembakau
     Semua rasa yang tak pernah sanggup kuungkapkan
     Aku ingin mencintaimu dengan manis
     Cinta itu susah untuk diungkapkan meskipun dengan kata-kata manis
     Lahir dari kenyataan pahit masyarakat terbata
     Neraka adalah rasa pahit di mulut


Tidak ada komentar: