Srandul
A. Sejarah Srandul
Darimanakah kesenian Srandul, banyak orang yang tidak tahu tentang hal ini. Termasuk para seniman Srandul dari desa Gunung Ungaran yang pada malam purnama 17 juli 2008 kemarin lusa pentas di Gedong Putih Mojosongo. Sepertinya mereka setuju bahwa kesenian itu adalah kesenian turun-temurun dari para pendahulunya.
“Memang sulit menjelaskan asal-usul kesenian srandul”,kata mereka. Mereka juga tak mempermasalahkan kebenaran kisah tentang Sunan Kalijaga itu. Yang pasti, telah turun-temurun mereka menjadikan srandul sebagai medium berkesenian sekaligus ritual kebudayaan.
Srandul mereka pakai sebagai medium untuk ritus sedekah bumi atau ruwatan atau kalau ada pageblug (bencana).Dahsyatnya,mereka selalu nyrandul semalam suntuk.
1
B. Pengertian Srandul
Dalam berbagai sudut pandang masyarakat srandul dapat di artikan dengan berbagai pengertian / deskripsi yang berbeda namun pada umumnya intinya sama. Kesenian srandul termasuk jenis drama tari. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan yang menampilkan kisah-kisah yang berhubungan dengan persoalan - persoalan pertanian, berkubang pada persoalan kesuburan, kemakmuran, wabah, dan bencana. Karakteristik yang paling menonjol dalam tampilan kesenian ini adalah dipakainya oncor yang ditancapkan di tengah arena pertunjukan yang mempunyai nilai simbolik dari bagian ritualnya. Di samping itu unsur ekualitas antara pemain dan pengrawit yang bisa dialog langsung dalam mengisi cerita. Srandul dapat dimanfaatkan diberbagai kesempatan, antara lain : pementasan, upacara-upacara yang berkenaan dengan pertanian dengan durasi waktu sampai semalam suntuk dalam beberapa episode. Kesenian ini memberikan tekanan pada unsur kesakralan ritual dan hiburan.
Berikut pengertian srandul sebagai berikut :
1. Seni pertunjukan yang berada pada jalur seni drama atau seni peran.
2. kesenian tradisional rakyat yang menggambarkan tentang kehidupan Demang pada jaman kerajaan.
3. Tarian magis yang ditarikan malam hari untuk mengusir pagebluk (wabah penyakit atau hantu).
4. Cerita rakyat yang tidak terbatas pada kisah tokoh tokoh tertentu saja
5. Merupakan kesenian tradisional rakyat yang menggambarkan tentang kehidupan demang pada jaman kerajaan.
6. Wadah berkesenian sekaligus media kritik sosial atas menganganya disparitas sosial (baca: ketidakadilan) dan karut-marutnya kehidupan
2
C. Alat yang di gunakan untuk pementasan Srandul
Dalam kesenian srandul ini dilakukan dengan dialog yang berupa parikan atau tembang dan percakapan. Kesenian srandul ini semula timbul di dukuh Jogodayoh Desa Gumulan. Adapun srandul ini masih berkembang dengan baik di Prambanan dan Kemalang.Di dukuh Semanding kampung terpencil berjarak hanya 1,5 kilometer perbatasan Kabupaten Temanggung-Kendal atau persisnya di Desa Kedungboto, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah terdapat perkumpulan kesenian tradisional Srandul.
Adapun alat alat yang di gunakan untuk pementasan sangatlah sederhana, yaitu berupa kendang,angklung dan terbang besar. Yang perlu di garis bawahi adalah penggunaan alat musik yang Seluruh alat musik pengiringnya terbuat dari bambu. Meskipun demikian alat-alat musik
yang dipergunakan dan tehnis penyajiannya adalah seragam.
D. Pementasan Srandul

3
tetapi ada pula yang hanya terdiri dari pria saja, dengan peran wanita dimainkan oleh pria.Kostum yang dipakai dalam pertunjukan Srandul adalah pakaian-pakaian yang biasa dikenakan orang-orang pedesaan sehari-hari, ditambah dengan sedikit make up yang bersifat realis.Dialog di atas pentas juga merupakan dialog dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan aktivitasnya diwujudkan dengan tarian.
Pertunjukan Srandul dipentaskan pada malam hari, dengan lama pertunjukan yang tidak tentu, tergantung pada permintaan. Sebagai pra-tontonan hanya diberikan tetabuhan. Srandul menggunakan tempat pementasan berbentuk arena dengan alat penerangan yang sampai sekarang Tetap dipertahankan, yaitu obor

Syair-syair yang dilantunkan juga menggambarkan rasa syukur masyarakat terhadap sang Pencipta atas limpahan rizqy yang diberikanNya. Hal ini tercermin dalam beberapa syair yang mengagungkan nam Alloh dan Rasulullah. Dalam setiap pertunjukkan kurang lebih ada 25 syair yang dilantunkan secara bergantian sesuai dengan lakon yang diperankan.
4
Kesenian yang sudah hampir 50 tahun ditelan zaman ini mulai dimainkan kembali oleh generasi ketiga di Jepitu, Gunung Kidul. Melalui pelaku-pelaku kesenian yang masih hidup, mereka menggali kembali tentang tekhnik serta syair-syair yang dilantunkan saat pertunjukkan

Ada kesan, sesuatu yang pating srandul, bagi mereka, hal ini dimanifestasikan dengan cara membadut. Dialog-dialog antara pemain dengan kru selalu berupa upaya ''membanyol'', meskipun diucapkan dengan nada datar.Tapi, badut dan membadut pada pertunjukan srandul tidak bisa diidentifikasi begitu saja dengan ungkapan ''menghibur secara murahan''.
5
Bagi mereka, itu sebuah ritus. Boleh jadi, doa, tari, dialog berkesan ''membanyol'' dan atraksi bernuansa mistis seperti menelan obor untuk merampungi pertunjukan adalah medium ritual paling pas untuk berhuhungan dengan Tuhan.Pembadutan bisa jadi cara paling representatif buat mereka untuk bisa ''akrab'' dengan Sang pencipta. Kalau tidak untuk itu, mengapa mereka menyebut Tuhan sebagai Mas Pangeran dalam doa mereka. Dengan kegiatan ini maka diharapkan menjadi sarana sosialisasi tentang adanya kesenian tradisi dimasyarakat sehingga tidak hilang atau tergerus oleh kesenian-kesenian kontemporer saat ini.
6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar